Pasang Iklan Anda Disini
ARTICLE AD BOX
Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Senin sore, tapi berada di jalur untuk mencatat kerugian mingguan, bersiap menghentikan kenaikan beruntun tujuh minggu, lantaran kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan kemungkinan kenaikan suku kembang AS lebih besar daripada tanda-tanda pengetatan pasokan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 22 sen alias 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 80,61 dolar AS per barel pada pukul 06.11 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent naik 8 sen alias 0,1 persen, menjadi diperdagangkan pada 84,12 dolar AS per barel.
Kenaikan beruntun tujuh minggu adalah nan terpanjang untuk kedua nilai referensi tahun ini. Brent berjangka naik sekitar 18 persen dan WTI naik lebih dari 20 persen dalam tujuh minggu nan berhujung 11 Agustus ke level tertinggi dalam beberapa bulan sebelum memangkas beberapa kenaikan minggu ini, ketika keduanya turun lebih dari 3,0 persen.
Fokus Federal Reserve AS untuk menahan inflasi di tengah info ekonomi nan lebih kuat dari perkiraan membatasi nilai minyak, nan telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir lantaran kekhawatiran atas pasokan.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (17/8/2023) melaporkan jumlah orang Amerika nan mengusulkan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pada minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja nan tetap ketat dapat memperpanjang kampanye pengetatan Fed untuk mendinginkan perekonomian.
Laporan itu mengikuti info ekonomi optimis nan serupa di awal pekan ini, termasuk penjualan ritel AS, nan menyiratkan Fed mungkin kudu mempertahankan suku kembang nan lebih tinggi lebih lama.
Investor cemas bahwa biaya pinjaman nan lebih tinggi dapat menghalang pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya mengurangi permintaan secara keseluruhan, termasuk minyak.
Menambah kekhawatiran, serangkaian info ekonomi baru-baru ini dari China, konsumen minyak terbesar kedua dunia, menyoroti hilangnya momentum ekonomi secara sigap sejak kuartal kedua.
Perekonomian China nan tergagap-gagap telah menggerogoti pasar finansial dunia dalam beberapa bulan terakhir, dengan krisis properti membikin para penanammodal ketakutan di tengah kekhawatiran penularan.
Namun, pengetatan pasokan minyak lantaran pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, dan meningkatnya permintaan, terutama lantaran perjalanan nan lebih tinggi dan peningkatan aktivitas industri di AS, telah mendukung harga, dan dapat menyebabkan kenaikan dalam beberapa hari mendatang, kata para analis.
Produksi minyak AS mengimbangi beberapa penurunan produksi lantaran pemotongan OPEC+, tetapi penurunan jumlah rig AS berfaedah support semacam itu kemungkinan hanya berumur pendek, kata Riset ANZ dalam sebuah laporan pada i Jumat.
Data nan dirilis minggu ini juga menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun nyaris 6 juta barel minggu lampau lantaran ekspor nan kuat dan tingkat penyulingan meningkat. Pasokan produk mingguan, proksi untuk permintaan, naik ke level tertinggi sejak Desember.
Terlepas dari pelemahan ekonomi baru-baru ini, China menarik persediaan minyak mentah nan jarang terjadi pada Juli, pertama kalinya dalam 33 bulan persediaannya turun.
"Indikator momentum menunjukkan keterbatasan pasokan. Investor mulai meningkatkan taruhan bullish mereka, posisi net-long mencapai tertinggi tahunan," kata ANZ dalam laporannya.
Baca juga: Dolar menguat setelah pasar tenaga kerja AS menunjukkan ketahanannya
Baca juga: Emas kian terpuruk terpukul kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Khawatir China, minyak bersiap hentikan kenaikan beruntun 7 minggu
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023