Liputan6.com, Jakarta Dalam penyakit stroke terdapat istilah Time is Brain dan Golden Hour. Time is Brain merujuk pada suatu konsep di mana jika penanganan stroke dilakukan semakin sigap bakal membuahkan hasil nan lebih baik.
Dokter ahli saraf di RS Siloam TB Simatupang, Peter Gunawan Ng mengutip publikasi dari Saver (2006). Menurutnya, publikasi itu mengungkap, sekitar 1,9 juta sel saraf bakal mengalami kerusakan saat terjadi stroke dalam satu menit.
Sehingga, penanganan nan sigap bakal mengurangi kerusakan nan lebih besar. Setiap detik dan menit bakal sangat berbobot ketika saraf-saraf di otak mengalami kerusakan akibat stroke.
“Oleh lantaran itu, penanganan sigap dan tepat ketika seseorang mengalami stroke menjadi sangat penting,” kata Peter dalam keterangan tertulis, Senin (20/11/2023).
Dalam penanganan stroke penyumbatan dikenal pula istilah Golden Hour, di mana dalam kurun waktu 4,5 jam dari saat mulai timbul indikasi stroke, terapi trombolisis bisa diberikan. Pada periode tersebut, penanganan medis nan sigap dan tepat dapat memaksimalkan kesempatan pemulihan pasien.
Penanganan awal pasien stroke di ruangan emergency meliputi stabilisasi kondisi pasien. Perlu dilakukan diagnostik seperti CT-Scan Kepala alias MRI Kepala untuk membedakan apakah pasien mengalami stroke perdarahan alias stroke penyumbatan.
Peter juga menyinggung tentang pentingnya mengevaluasi aspek akibat terhadap kejadian stroke, seperti hipertensi, glukosuria melitus, kolesterol tinggi, merokok, alias gangguan irama jantung.
Di Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama. Data Riskesdas apalagi menunjukkan, peningkatan prevalensi stroke dari 8,3 per 1.000 masyarakat pada 2007 menjadi 12,1 per 1.000 masyarakat pada 2013.
Mengenal Stroke Ready Hospital
Guna mencapai Time is Brain dan Golden Hour maka diperlukan konsep Stroke Ready Hospital.
Ini adalah konsep nan dikembangkan sejak sekitar 2011, di mana penanganan pasien stroke sudah dimulai sejak pra-rumah sakit. Peter pun menjelaskan beberapa langkah nan dilakukan dalam konsep Stroke Ready Hospital:
Fase Pre-Hospital
Fase ini dimulai saat ambulans nan dilengkapi tenaga medis menjemput pasien di tempat kejadian. Pada fase ini dilakukan pengumpulan info riwayat medis dan stabilisasi kondisi pasien selama penjemputan sampai tiba di rumah sakit.
Fase Hospital
Setibanya di rumah sakit, master IGD bakal melakukan pertimbangan dan pemeriksaan jenis stroke serta penanganan nan tepat.
Pada kasus stroke sumbatan nan tetap dalam periode ‘Golden Hour’, ialah tetap kurang dari 4,5 jam sejak mulainya indikasi stroke, bakal segera dipersiapkan untuk dilakukan trombolisis.
Penilaian kepantasan untuk dilakukan trombolisis bakal ditentukan berasas protokol trombolisis nan bertindak di rumah sakit. Sebaliknya, jika pasien mengalami stroke perdarahan, konsultasi dengan master ahli bedah saraf bakal dilaksanakan segera untuk penilaian indikasi operasi.
Fase Perawatan
Pasien kemudian dirujuk ke ruang perawatan. Peter memberi contoh, di RS Siloam TB Simatupang telah tersedia akomodasi ruangan stroke unit. Ruang ini dirancang khusus, dilengkapi peralatan medis nan memadai dan tenaga medis nan kompeten.
Fase Post Hospital
Tersedia jasa home care untuk pelayanan dan perawatan pasien setelah stabil dan rawat jalan selama kurang lebih satu hingga tiga bulan.
Perbedaan Stroke Ready Hospital dengan RS Biasa
Penanganan pasien stroke di Stroke Ready Hospital mempunyai perbedaan dalam pendekatan dan sumber daya medis nan tersedia, lanjut master lulusan pendidikan ahli saraf Universitätsklinikum Giessen Jerman.
Beberapa perbedaan antara penanganan pasien stroke di rumah sakit biasa dan Stroke Ready Hospital yakni:
Tim Medis Terlatih
Stroke Ready Hospital mempunyai tim medis nan terlatih secara unik dalam penanganan stroke. Mereka terbiasa mengenali indikasi dan tanda-tanda stroke dengan cepat, melakukan pertimbangan cepat, dan memulai pengobatan nan tepat sesuai dengan protokol nan ditetapkan.
Dalam setahun, tenaga medis bakal dibekali dan melakukan refreshment training sebanyak dua kali.
“Perawat stroke unit RS Siloam TB Simatupang telah dibekali training Advanced Stroke Life Support sebagai bekal prosedur penanganan stroke,” kata Peter.
Fasilitas dan Peralatan Medis
Stroke Ready Hospital dilengkapi dengan teknologi medis terkini dan peralatan spesifik nan diperlukan untuk penanganan dan pemeriksaan stroke. Seperti CT-Scan, MRI, CT-Angiografi, MR-Angiografi, Cerebral Angiografi, Carotis Dopper dan TCD, Transtorakal, Transesofageal Ekokardiografi, dan Perekaman EKG Jangka Panjang.
Perbedaan Lainnya
Perbedaan lainnya antara penanganan stroke di RS biasa dengan RS berkonsep Stroke Ready Hospital adalah:
Protokol Penanganan Stroke
Stroke Ready Hospital mempunyai protokol penanganan nan telah ditetapkan secara unik untuk pasien stroke.
Protokol ini menetapkan langkah-langkah nan kudu diikuti untuk penilaian cepat, diagnosis, dan pengobatan segera. Hal ini membantu meminimalkan waktu respons dan memastikan penanganan nan efektif bagi pasien.
Siaga 24 Jam
Stroke Ready Hospital siap melayani pasien stroke selama 24 jam. Prinsipnya kapan pun pasien dengan indikasi stroke datang ke rumah sakit dengan konsep Stroke Ready Hospital, maka tenaga medis bakal selalu siaga untuk mengobati pasien.
Pelayanan Pasca Stroke
Perawatan stroke tidak berhujung ketika pasien meninggalkan rumah sakit, tapi bakal dilanjutkan saat rawat jalan alias pasien nan mendapatkan perawatan home care.
“Grup RS Siloam mempunyai Siloam at Home nan ditujukan untuk jasa home care pasca perawatan di rumah sakit, dalam perihal ini termasuk pula pasien stroke. Layanan ini antara lain meliputi perawatan lanjutan oleh tenaga medis RS Siloam TB Simatupang, fisioterapi lanjutan di rumah, demikian pula pemeriksaan laboratorium,” pungkas Peter.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.