Pasang Iklan Anda Disini
ARTICLE AD BOX
TEMPO.CO, Jakarta - Kaki tangan Fredy Pratama berjulukan Muhammad Rivaldo Miliandri G Silondae namalain Kif diketahui merupakan pengendali operasional ratusan kilogram narkoba jenis sabu dan ekstasi untuk wilayah Sumatra-Jawa.
Kif ditangkap Direktorat Reserse Narkoba Polda Lampung berbareng tim campuran Bareskrim Polri pada 3 Juli 2023. Ia ditangkap di apartemen mewah miliknya di Johor Bahru, Malaysia, sekitar pukul 18.00 waktu setempat.
Direktur Narkoba Polda Lampung Komisaris Besar Erlin Tangjaya mengatakan Kif bekerja mengawal pengedaran narkoba sampai penyimpanan hingga ke tangan bandar.
“Mereka punya kuda alias biasa disebut kurir sangat banyak,” kata Erlin kepada Tempo, Jumat, 15 September 2023.
Erlin mengatakan komplotan Kif bisa memasukkan 100-500 kilogram narkoba ke wilayah Sumatra-Jawa. Untuk memudahkan distribusi, Kif memecah peralatan menjadi mulai dari 5 kg, 100 kg, apalagi 20 kg alias 60 kg.
“Tergantung keberanian kuda nan mereka tugaskan untuk bawa peralatan tersebut beraninya berapa banyak,” kata Erlin.
Erlin mengatakan modus nan dilakukan Kif ini beragam, mulai dari disimpan di AC hingga dimasukkan ke mesin cuci. Melalui jaringan pengedaran ini, Erlin mengatakan jaringan internasional Fredy Pratama memanjakan para bandar. Bandar di wilayah, kata dia, tinggal duduk tak bersuara dan menerima narkoba tersebut.
“Karena nan bergerak dan mengantar semua, jaringan Fredy Pratama,” ujar Erlin. “(Uang hasil penjualan) mereka setor ke rekening penampung atas nama Ecca (nama samaran).”
Sebelumnya Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Mukti Juharsa mengatakan Fredy Pratama, laki-laki nan dijuluki sebagai Escobar Indonesia, mempunyai pemasok untuk masing-masing wilayah Timur dan Barat Indonesia.
Mukti mengatakan kedua kaki tangan itu bekerja menerima narkoba dari Fredy dan mengedarkannya di wilayah masing-masing. Ia mengungkapkan peredaran narkoba untuk wilayah Timur dilakukan Fredy melalui Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Barat dilakukan melalui jalur Sumatra.
Fredy bekerja menyuplai dan mengendalikan siklus peredaran narkoba di Indonesia dari negara Taiwan sejak 2009.
“Kalimantan-Sulawesi Mr. W dengan finansial sendiri dan narkoba sendiri. Di bagian barat itu Sumatra-Jawa itu adalah Mr. K,” kata Mukti saat dihubungi, Kamis, 14 September 2023.
Iklan
Mukti mengatakan proses penyaluran narkoba dilakukan Fredy berbareng para distributornya melalui saluran aplikasi unik seperti BBM Enterprise, Threema dan Wire. Penggunaan aplikasi komunikasi itu nan menyulitkan petugas untuk membongkar sindikat Fredy di Indonesia.
"Dia menggunakan Blackberry Messenger Enterprise nan susah dilacak, jadi kita kumpulkan semua modus operandi dari BBM baru kita kaji ulang," ujar Mukti.
Kepala Bareskrim Polri, Komisaris Jenderal Polisi Wahyu Widada, mengatakan Polri sukses membongkar operasi jaringan narkoba nan dikendalikan oleh seseorang berjulukan Fredy Pratama namalain Miming namalain Cassanova. Wahyu mengatakan Polri telah membentuk tim unik untuk mengungkap jaringan tersebut sejak 2020.
Wahyu menyatakan bahwa Polri telah memburu jaringan Fredy Pratama ini sejak 2020-2023. Total ada 408 laporan polisi nan diungkap dengan jumlah tersangka sebanyak 884 orang. Sedangkan 39 tersangka nan ditangkap dalam operasi Escobar Indonesia dimulai dari periode Mei 2023.
Atas perbuatannya, semua tersangka dijerat Undang-undang Tahun 35 tahun 2009 tentang Narkotika, termasuk pasal tindak pidana pencucian duit (TPPU).
Wahyu menyatakan bahwa Fredy Pratama termasuk dalam salah satu sindikat penyalur narkoba terbesar di Indonesia, berasas peralatan bukti nan disita, ialah sebanyak 10,2 ton sabu dari tahun 2020-2023. Menurut Wahyu, perihal ini juga sejalan dengan temuan kajian Direktorat Tindak Pidana Narkoba menunjukkan bahwa sebagian besar narkoba di Indonesia mengenai dengan jaringan Fredy Pratama. Ia menyatakan sindikat Fredy dapat menyelundupkan sabu dan ekstasi ke Indonesia setiap bulan dalam jumlah mulai dari 100-500 kilogram, menggunakan modus operandi menyamarkannya dalam bungkusan teh.
Tim unik nan dibentuk untuk memburu Fredy Pratama tersebut tidak hanya terdiri dari interogator dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim, tetapi juga dari petugas polisi dari beragam wilayah di mana Fredy mempunyai jaringan, seperti Polda Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Polda Metro Jaya, Lampung, dan Bali.
Selain itu, Wahyu mengatakan bahwa polisi juga bekerja sama dengan Kepolisian Kerajaan Thailand, Kepolisian Kerajaan Malaysia, dan didukung pula polisi unik narkoba Amerika Serikat, Drug Enforcement Administration (DEA).
Pilihan Editor: Sepak Terjang Gembong Narkoba Fredy Pratama dan Freddy Budiman
EKA YUDHA SAPUTRA | GUSTI AYU PUTU PUSPASARI | FEBRIYAN